Artis

Berlliana Lovell Diminta Bikin Konten Pemersatu Bangsa Lagi, Begini Responsnya

Nama Berlliana Lovell kembali menjadi perbincangan publik. Influencer dan selebgram yang dikenal lewat konten berani dan citra sensual ini kembali jadi sorotan setelah netizen memintanya membuat “konten pemersatu bangsa” lagi — istilah yang kini menjadi semacam guyonan nasional di dunia maya.

Namun yang menarik, Berlliana justru menanggapi fenomena ini dengan sikap dewasa dan nada bijak, mengajak publik untuk lebih kritis terhadap konten dan tidak menjadikan seksualitas sebagai komoditas satu-satunya di jagat maya.


Asal Muasal Istilah “Konten Pemersatu Bangsa”

Istilah ini mulai viral sejak beberapa tahun lalu, digunakan secara sarkastik untuk menyebut konten dari perempuan yang dianggap “menyegarkan mata” dan menjadi “hiburan damai” lintas suku, agama, dan golongan. Sering digunakan pada komentar di TikTok, YouTube, hingga Instagram.

Berlliana, yang memiliki pengikut besar dan sering tampil di acara podcast hingga panggung musik, termasuk salah satu figur yang sering disematkan julukan tersebut.

“Kalau mbak Berlliana upload, Indonesia bisa damai 10 menit,” tulis seorang netizen di kolom komentar akun @lambe_entertainment.


Respons Berlliana: “Masa Mau Saya Disuruh Terus?”

Dalam wawancaranya, Berlliana mengaku tidak marah atau terganggu dengan komentar itu. Namun ia menyampaikan bahwa dirinya kini ingin lebih fokus ke konten yang membangun branding pribadi, bukan hanya eksploitasi fisik.

“Aku senang bisa menghibur, tapi masa mau saya disuruh terus bikin yang begituan? Sesekali boleh, tapi aku juga punya karya,” ujarnya santai.


Kutipan Ala-Ala: Sensasi Itu Sementara, Tapi Nilai Itu Bertahan Lama

“Konten yang mengandalkan tubuh bisa viral, tapi konten yang mengandalkan isi bisa bertahan.”
– M. Prakoso, Dosen Komunikasi Digital


Budaya Netizen dan Seksualisasi Sosial Media

Fenomena seperti ini menunjukkan bahwa budaya digital kita masih belum sepenuhnya dewasa. Ketika perempuan tampil percaya diri, banyak yang langsung menilainya dari segi tampilan luar, bukan isi pesan atau kreativitasnya.

Padahal, seperti dalam kasus Berlliana, banyak figur yang sebenarnya punya talenta dan potensi lebih luas — hanya saja publik keburu menilai dari kulit luar.


Apakah Ini Bentuk Objektifikasi?

Banyak pengamat media menyebut istilah “pemersatu bangsa” sebagai bentuk objektifikasi terselubung, meskipun dikemas dalam bahasa bercanda. Secara tidak langsung, hal ini mendorong perempuan untuk terus tampil sensual demi validasi, bukan ekspresi.

Namun, tanggapan santai Berlliana dianggap cerdas dan tidak reaktif — sebuah cara bijak untuk menghadapi stigma dunia maya.


Evolusi Konten Berlliana

Berlliana sendiri beberapa waktu terakhir mulai membangun konten yang lebih bervariasi:

  • Menjadi host podcast dengan tema sosial dan budaya
  • Kolaborasi dengan musisi dan stand-up comedian
  • Edukasi seputar hubungan, kepercayaan diri, dan self branding

Seperti dicatat tentangrakyat.id, “Transformasi influencer seperti Berlliana penting sebagai role model perempuan yang mengontrol citranya sendiri di era serba viral.”


Netizen: Setengah Ngelawak, Setengah Serius?

Komentar netizen soal “pemersatu bangsa” memang sering beraroma sarkas dan setengah bercanda. Tapi di balik itu, ada realita bahwa konten eksplisit lebih cepat viral, lebih cepat diterima, dan lebih gampang dijual — bahkan dibandingkan konten edukatif.

Inilah tantangan dunia digital kita hari ini:
Algoritma lebih suka yang heboh daripada yang bernilai.


Perempuan dalam Industri Konten: Selalu Diukur dari Tubuh?

Berlliana bukan satu-satunya. Banyak kreator perempuan lain juga menghadapi hal serupa. Terlihat menarik bisa jadi anugerah, tapi juga jebakan. Jika tidak punya kontrol, mereka bisa terjebak dalam siklus menciptakan konten yang mengobjektifikasi diri sendiri demi klik dan likes.

Karenanya, pilihan Berlliana untuk menggeser arah kontennya adalah langkah penting, bahkan jika itu berarti kehilangan sebagian audiens.


Penutup: Pemersatu Bangsa? Atau Refleksi Budaya?

Fenomena “konten pemersatu bangsa” bukan soal satu orang atau satu figur. Ini adalah refleksi dari budaya kita hari ini, tentang bagaimana kita melihat perempuan, media, dan hiburan.

Berlliana Lovell telah menunjukkan bahwa ia tak hanya cantik dan berani — tapi juga cerdas dalam memahami peran dan posisinya di tengah badai ekspektasi sosial media.

Dan mungkin, justru itulah bentuk konten pemersatu bangsa yang sesungguhnya:
Konten yang membuat kita berpikir, bukan hanya mengalihkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *