ATSI Respons Ribuan Desa Belum Terkoneksi Internet
Jakarta — Di tengah gencarnya program digitalisasi, masih terdapat ribuan desa di Indonesia yang belum memiliki akses internet memadai. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran akan terjadinya kesenjangan digital antara perkotaan dan pedesaan. Menanggapi hal itu, Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) angkat bicara dan menyebut perlu langkah kolaboratif agar persoalan tidak berlarut-larut.
Ribuan Desa Masih Gelap Internet
Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika, jumlah desa yang belum terkoneksi internet mencapai lebih dari 7.000 desa. Mayoritas berada di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), termasuk Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan sebagian Kalimantan.
Kondisi ini menjadi ironi, mengingat Indonesia tengah mendorong ekonomi digital sebagai motor pertumbuhan nasional. Tanpa akses internet, masyarakat desa tertinggal dari segi pendidikan, kesehatan, hingga layanan administrasi.
Respons ATSI
Ketua ATSI menyebut bahwa persoalan ini bukan hanya soal pembangunan menara BTS, melainkan juga menyangkut biaya operasional, ketersediaan listrik, dan tantangan geografis.
“Operator seluler sudah berupaya membangun infrastruktur hingga pelosok, tetapi ada kendala nyata di lapangan. Tanpa listrik stabil, tanpa akses transportasi memadai, operasional BTS akan sulit berjalan,” jelas perwakilan ATSI.
ATSI menegaskan pihaknya siap mendukung pemerintah, namun perlu ada model bisnis berkelanjutan dan insentif bagi operator yang mau masuk ke daerah-daerah dengan potensi pasar kecil.
Peran Pemerintah & BAKTI
Pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) telah menjalankan program Palapa Ring dan pembangunan BTS 4G di ribuan titik desa. Namun, realisasinya masih menghadapi kendala, terutama terkait pemeliharaan jaringan.
ATSI menilai perlu kerja sama lebih erat antara pemerintah, operator, dan masyarakat desa. Kolaborasi ini penting agar infrastruktur yang dibangun tidak hanya selesai secara fisik, tetapi juga benar-benar berfungsi dalam jangka panjang.
Dampak Sosial & Ekonomi
Tidak adanya akses internet di desa berdampak luas:
- Pendidikan: siswa kesulitan mengikuti pembelajaran daring.
- Kesehatan: layanan telemedicine tidak bisa dijangkau.
- Ekonomi: UMKM desa kehilangan peluang pemasaran digital.
- Administrasi: warga sulit mengakses layanan publik berbasis digital.
Di era di mana internet sudah menjadi kebutuhan primer, ketimpangan ini bisa memperlebar jurang sosial-ekonomi antara kota dan desa.
Kesimpulan
Keterbatasan akses internet di ribuan desa adalah tantangan nyata bagi pemerataan digital Indonesia. Respons ATSI menekankan perlunya pendekatan bersama, bukan hanya mengandalkan operator, melainkan juga dukungan pemerintah dan masyarakat.
Jika persoalan ini bisa diselesaikan, digitalisasi desa bukan hanya jargon, tetapi jalan nyata menuju keadilan sosial dan pertumbuhan ekonomi inklusif di seluruh penjuru negeri.