BeritaEkonomiTeknologi

Membaca Kesamaan Kereta Cepat Whoosh dan Pelabuhan Hambantota

Jakarta — Proyek kereta cepat Whoosh Jakarta–Bandung kerap disorot bukan hanya karena teknologinya, tetapi juga karena masalah pembiayaan dan keberlanjutannya. Sejumlah pengamat membandingkan proyek ini dengan Pelabuhan Hambantota di Sri Lanka, yang dikenal sebagai contoh ekstrem jebakan utang akibat investasi besar dengan imbal hasil rendah.


Siapa yang Untung dari Whoosh?

Proyek Whoosh dijalankan oleh PT KCIC dengan biaya investasi mencapai USD 7,22 miliar setelah mengalami cost overrun sebesar USD 1,2 miliar. Skema pendanaan melibatkan pinjaman besar dari China Development Bank, yang dijamin oleh APBN.

Meski di akhir pekan penumpang relatif ramai, pada hari kerja jumlah penumpang dinilai belum optimal. Pertanyaan besar muncul: apakah pendapatan tiket mampu menutup biaya operasional, cicilan bunga, dan pokok utang?


Hambantota: Pelajaran dari Sri Lanka

Pelabuhan Hambantota dibangun dengan dana pinjaman besar dari Tiongkok. Namun karena pemasukan pelabuhan rendah, Sri Lanka gagal membayar utang. Pada akhirnya, pelabuhan itu disewakan ke perusahaan China selama 99 tahun.

Kasus Hambantota menjadi simbol jebakan utang dalam proyek-proyek infrastruktur berskala besar yang tidak sebanding dengan pendapatan.


Benang Merah Whoosh dan Hambantota

Agus Pambagio, peneliti kebijakan publik, menilai ada kesamaan pola antara Whoosh dan Hambantota:

  1. Pendanaan besar berbasis utang asing dengan risiko jangka panjang.
  2. Biaya operasional tinggi yang sulit ditutupi dari pendapatan pengguna.
  3. Penjaminan negara yang berpotensi membebani APBN jika bisnis tidak berjalan sehat.

Risiko Jangka Panjang

Jika kondisi ini berlanjut, Indonesia bisa menghadapi dilema: tetap mempertahankan Whoosh dengan subsidi tinggi, atau membuka ruang bagi investor asing untuk mengambil alih sebagian aset strategis.

Pambagio menekankan bahwa pemerintah harus lebih transparan soal kondisi keuangan proyek dan strategi jangka panjang agar Whoosh tidak menjadi “Hambantota kedua” di Asia Tenggara.


Kesimpulan

Kereta cepat Whoosh membawa kebanggaan teknologi, namun juga beban finansial besar. Seperti Pelabuhan Hambantota, proyek ini menjadi pengingat bahwa investasi infrastruktur berskala besar harus memperhitungkan keseimbangan antara biaya dan manfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *