HiburanWisata

10 Tempat Wisata di Nusa Tenggara Timur yang Harus Ada di Daftar Liburanmu

Jakarta, 9 Oktober 2025 — Nusa Tenggara Timur (NTT) menyimpan banyak permata wisata alam yang belum banyak terjamah oleh manusia , dengan keindahan alam yang alami dan tempat-tempat desa-desa wisata di daerah ini punya keunikan alam, budaya, dan keramahan lokal yang sangat sayang jika dilewatkan.

Apa Itu Desa Wisata & Keunggulan NTT

Desa wisata adalah desa yang mengembangkan potensi lokalnya: alam, budaya, adat, kuliner, kehidupan sehari-hari warga, sebagai daya tarik bagi wisatawan. Di NTT, banyak desa yang sejak beberapa tahun lalu mulai mengambil langkah ini. Bentuknya bermacam-macam: rumah adat, kegiatan agraris, seni tradisional, trekking, wisata bahari, kerajinan tangan, hingga adat leluhur yang masih terjaga. Keunggulan NTT adalah keaslian budaya dan alamnya yang belum banyak ‘terjamah’.

Sepuluh Desa Wisata di NTT yang Wajib Dikunjungi

  1. Wae Rebo – Kampung adat di Manggarai Barat. Terletak di ketinggian sekitar 1.100–1.200 mdpl, desa ini dijuluki “desa di atas awan”. Rumah adat Mbaru Niang berbentuk khas kerucut menjadi ikon. Trekking melalui hutan tropis sejuk, kabut pagi, dan pengalaman tinggal bersama warga lokal yang menjaga adat istiadat sangat menambah pengalaman.
  2. Golo Loni – Kabupaten Manggarai Timur. Desa ini menawarkan aktivitas air seperti river tubing, kehidupan sawah, serta kehidupan tradisional seperti membuat anyaman tikar dan tuak. Desa ini juga masuk 15 besar Desa Wisata Nusantara dan dikenal mampu mandiri dalam pengembangan wisata berbasis budaya dan masyarakat.
  3. Fatumnasi – Terletak di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Udara yang sejuk, lanskap perbukitan, hamparan kebun, serta suasana pedesaan khas Timor mendominasi. tempat ini juga diperhitungkan dalam nominasi Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dan menjadi salah satu “surga tersembunyi” yang menarik bagi wisatawan yang ingin lepas dari keramaian.
  4. Hadakewa Desa nelayan di Kabupaten Lembata, diapit oleh perbukitan dan Gunung Lewotolok. Bagi pecinta alam laut, Hadakewa menawarkan snorkeling, kegiatan bahari, serta suasana desa nelayan yang penuh damai. Panoramanya alam liar, pemandangan pesisir dan sunset juga sangat memukau.
  5. Tiworiwu Kabupaten Ngada, di tengah Flores. Dikenal karena keberadaan Kampung Adat Bena dan rumah adat yang masih dijaga dengan tradisi leluhur. Ada batu megalitik, air panas, air terjun, panorama Gunung Inerie — cocok untuk yang suka alam, budaya, dan trekking ringan.
  6. Wae Lolos Manggarai Barat. Banyak trek di hutan desa, kolam alami bernama “Bungke”, kuliner tradisional jagung bose dan minuman lokal seperti tuak aren. Suasananya masih alami, masyarakatnya menjaga budaya dan lingkungan hutan adat.
  7. Liang Ndara Terletak di Manggarai Barat. Menyuguhkan tarian tradisional Caci, panorama alam laut dan perbukitan, serta view matahari terbenam yang menawan. Lokasinya juga cukup strategis bila ingin menggabungkan liburan ke Taman Nasional Komodo dan pulau-pulau sekitar.
  8. Pero Komba Sumba Barat Daya. Desa ini menawarkan padang savana yang luas, hutan mangrove, kuliner lokal, dan suasana desa yang tenang. Keindahan lanskapnya menarik bagi yang suka melihat alam savana dan eksplorasi vegetasi pesisir.
  9. Detosoko Kabupaten Ende. Desa agro dengan sawah terasering, pemandangan perbukitan hijau, kegiatan susur sawah, kopi lokal, objek air panas, jembatan di tengah persawahan serta kampung adat. Suasana alamnya cocok untuk fotografi dan relaksasi.
  10. Umauta Kabupaten Sikka. Sentra kerajinan tenun ikat, rumah panggung kayu yang khas, sawah, suasana pedesaan yang ramah, dan kearifan lokal masyarakat yang hangat. Cocok juga bagi wisatawan yang ingin belajar proses tenun tradisional dan mempelajari budaya lokal Flores Timur.

Mengapa Desa-Desa Ini Begitu Istimewa

Beberapa alasan mengapa desa-desa wisata di atas layak dikunjungi:

Kebudayaan yang hidup: Adat dan tradisi seperti tenun ikat, tarian, rumah adat, dan ritual lokal masih dilestarikan secara langsung oleh masyarakat.

Alam yang masih alami: Perbukitan, pegunungan, hutan tropis, kebun, kolam alami, laut, dan udara bersih jadi daya tarik besar.

Interaksi langsung dengan warga lokal: Wisata bukan hanya melihat, tetapi ikut belajar menenun, memasak, ikut aktivitas sehari-hari, bahkan tinggal di homestay lokal. Ini memberikan pengalaman yang lebih dalam.

Potensi desa wisata sebagai penggerak ekonomi lokal: Inovasi lokal seperti agrowisata, wisata bahari, budaya, kerajinan, menjadi sumber pendapatan warga desa. Pengembangan homestay, produk lokal, serta sektor pendukung seperti transportasi dan digital juga mulai tumbuh. Contohnya Golo Loni yang mendapat dukungan dari pemerintah lokal.

Tips Perjalanan & Persiapan

Waktu terbaik: Pilih musim antara musim kemarau hingga awal musim hujan agar jalan menuju desa lebih bersahabat. Kondisi jalan dan cuaca sangat memengaruhi kenyamanan trekking atau perjalanan darat.

Transportasi lokal: Banyak desa yang terpencil; setelah mencapai kota kabupaten terdekat, biasanya harus dilanjutkan dengan kendaraan lokal atau berjalan kaki. Contohnya ke Wae Rebo, ada trekking dari desa Denge.

Homestay dan fasilitas: Homestay di desa-desa ini biasanya sederhana tapi cukup nyaman. Harapkan fasilitas dasar; membawa perlengkapan pribadi seperti jaket, sepatu trekking, dan alat mandi sendiri bisa membantu.

Hormati budaya lokal: Desa wisata di NTT sangat menjaga adat. Meminta izin sebelum memotret, mengikuti aturan setempat, berpakaian sopan, dan menghormati adat/tari lokal adalah hal penting.

Persiapan fisik: Beberapa destinasi memerlukan trekking atau perjalanan naik turun bukit. Siapkan kondisi fisik yang baik, bawa air minum, makan ringan, dan pelindung matahari atau hujan.

Manfaat Wisata Desa untuk Masyarakat Lokal dan Lingkungan

Pengembangan desa wisata seperti yang terjadi di NTT membawa manfaat:

Peningkatan penghasilan masyarakat lokal: Dari homestay, usaha kuliner, kerajinan, guiding lokal, hingga jasa transportasi.

Pelestarian budaya: Ketertarikan wisatawan terhadap budaya lokal seperti tenun ikat, rumah adat, tarian, ritual keagamaan/pertanian memberi motivasi agar tradisi tetap hidup.

Kesadaran lingkungan: Banyak desa wisata yang menjaga hutan adat, sumber air, mangrove, tebing, dan lanskap alam sekitarnya. Pelestarian ini penting agar keindahan alam tak hilang karena pembangunan yang tidak terkendali.

Pengembangan kapasitas lokal: Infrastruktur kecil pun ikut berkembang — akses jalan, fasilitas publik, tekstur homestay, serta promosi digital. Contoh: Golo Loni mendapat pelatihan digital dan dukungan infrastruktur agar promosi produk wisata mereka bisa meluas.

Tantangan yang Harus Dihadapi

Namun, bukan berarti pengembangan desa wisata berjalan mulus:

Akses dan transportasi:
Banyak desa yang jalan ke sana masih sulit, terutama saat musim hujan dan cuaca ekstrem.

Fasilitas dasar belum merata: Listrik, air bersih, fasilitas kesehatan, akses telekomunikasi (internet) terkadang terbatas.

Manajemen wisata dan kapasitas: Perlu keseimbangan antara kunjungan wisatawan dan kelestarian alam + budaya. Risiko over-tourism bisa muncul bila tidak terkelola.

Promosi dan pemasaran: Beberapa desa belum dikenal luas; promosi lewat digital, media sosial, kerja sama dengan agen perjalanan diperlukan.

Desa-desa wisata di NTT bukan hanya destinasi untuk wisata, tapi jendela ke budaya, alam, dan kehidupan yang otentik. Wae Rebo, Golo Loni, Fatumnasi, dan desa-desa lainnya menawarkan pengalaman yang bukan sekadar “berlibur”, tetapi meresapi keindahan tradisi dan alam.

Bagi yang mencari wisata berbeda — yang bukan hanya pantai atau pulau, tapi keharmonisan hidup manusia dan alam, desa-desa di NTT ini benar-benar wajib ada dalam daftar perjalananmu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *