Kenapa Paspor Kita ‘Lemah’ Dibanding Tetangga? Memahami Faktor di Balik Akses Bebas Visa
Jakarta –
Masyarakat Indonesia sering merasa bangga akan status negara yang besar dan berpengaruh di Asia Tenggara. Namun, ada satu metrik internasional yang kerap menimbulkan pertanyaan dan rasa penasaran: kekuatan paspor Indonesia. Baru-baru ini, peringkat paspor Indonesia—yang diukur berdasarkan jumlah negara yang bisa dikunjungi tanpa visa atau dengan Visa on Arrival (VoA)—dianggap masih tertinggal dibandingkan negara tetangga yang jauh lebih kecil, termasuk Timor Leste.
Situasi ini, yang mungkin terasa ironis bagi sebagian besar rakyat, bukanlah cerminan dari martabat bangsa, melainkan hasil dari perhitungan diplomatik dan faktor-faktor internal negara. Penjelasan dari para ahli menunjukkan bahwa kekuatan paspor adalah cerminan dari kepercayaan global terhadap keamanan, stabilitas, dan kedaulatan warga negara tersebut.
“Kekuatan paspor adalah urusan resiprokal, yaitu asas timbal balik. Sebuah negara memberikan fasilitas bebas visa kepada Indonesia jika mereka yakin bahwa warga negara Indonesia tidak akan menimbulkan masalah keamanan atau risiko imigrasi berlebihan,” jelas seorang ahli hubungan internasional yang menyoroti isu ini.
Tiga Pilar Utama Penentu Kekuatan Paspor
Untuk memudahkan pemahaman masyarakat umum, ada tiga faktor utama yang dipertimbangkan oleh negara-negara maju sebelum memberikan fasilitas bebas visa kepada warga negara lain:
1. Kepercayaan Ekonomi dan Stabilitas Domestik
Negara-negara penerima bebas visa melihat seberapa besar potensi warga negara yang datang akan menghabiskan uang (turis yang belanja) atau malah berpotensi mencari pekerjaan secara ilegal. Jika sebuah negara memiliki tingkat kemiskinan atau pengangguran yang tinggi, negara penerima akan khawatir warga tersebut akan melampaui batas visa turis dan tinggal secara ilegal.
Dalam kasus Timor Leste yang unggul dalam beberapa indeks paspor, hal ini mungkin terkait dengan kebijakan Uni Eropa (UE) dan negara-negara lain yang memiliki pertimbangan geopolitik spesifik pasca-kemerdekaan Timor Leste, atau mungkin karena volume perjalanan warganya yang jauh lebih sedikit, sehingga risiko imigrasi ilegal yang mereka timbulkan dianggap rendah.
2. Integritas Keamanan dan Data Warga Negara
Faktor ini sangat penting. Negara maju akan memberikan bebas visa hanya jika mereka percaya bahwa:
- Data Paspor Akurat: Pemerintah asal (Indonesia) memiliki sistem yang kuat dan akurat dalam mengeluarkan paspor, sehingga mencegah pemalsuan identitas atau penggunaan oleh pihak yang dicurigai (misalnya, jaringan kriminal transnasional atau teroris).
- Kepatuhan Hukum: Persentase warga negara yang overstay (tinggal melebihi batas waktu visa) atau melanggar hukum di negara lain relatif kecil. Tingkat kepatuhan warga negara secara kolektif sangat memengaruhi keputusan diplomatik ini.
3. Asas Timbal Balik (Reciprocity)
Hubungan diplomatik selalu menjadi dasar. Negara A bersedia memberi bebas visa kepada Negara B jika Negara B bersedia memberikan fasilitas serupa. Jika Indonesia lambat atau enggan memberikan fasilitas bebas visa kepada warga negara dari negara maju tertentu, maka negara tersebut cenderung akan membalas dengan memberlakukan syarat visa yang ketat bagi warga Indonesia.
Dampak Langsung bagi Rakyat Kecil
Bagi masyarakat biasa, lemahnya paspor berarti adanya biaya dan waktu yang hilang. Mengurus visa memerlukan biaya tambahan, waktu cuti dari pekerjaan, dan proses birokrasi yang panjang. Ini secara langsung menghambat mobilitas rakyat, baik untuk tujuan bisnis kecil, studi, maupun sekadar berwisata, yang seharusnya menjadi hak warga negara di era global.
Oleh karena itu, upaya meningkatkan kekuatan paspor bukan hanya tugas Kementerian Luar Negeri, tetapi juga tugas kolektif bangsa—mulai dari menjaga keamanan dan integritas diri saat berada di luar negeri, hingga mendorong pemerintah untuk proaktif dalam negosiasi diplomatik dengan semangat timbal balik yang adil. Kekuatan paspor sejatinya adalah cerminan kepercayaan dunia terhadap setiap individu yang memegang lambang negara Garuda di sampulnya.
