Rosan Ungkap Tawaran Investasi Raja Yordania pada Danantara: Gas, Tol, dan Logistik
Jakarta — Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus CEO Danantara, Rosan Roeslani, mengungkap bahwa Raja Abdullah II dari Kerajaan Yordania Hasyimiah menawari tiga proyek strategis kepada Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Hal itu disampaikan usai pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dan Raja Yordania di Jakarta.
Lebih dari sekadar diplomasi simbolis, tawaran tersebut merupakan bagian dari potensi kerja sama ekonomi besar antara Yordania dan Indonesia melalui Danantara, yang dikelola oleh Rosan.
Tawaran Investasi dalam Tiga Sektor Strategis
Menurut Rosan, Raja Abdullah II menawarkan tiga bidang investasi penting kepada Danantara:
- Pipanisasi Gas — Proyek saluran gas dengan estimasi nilai sekitar US$ 1 miliar.
- Jalan Tol — Infrastruktur jalan tol yang diusulkan senilai sekitar US$ 300 juta.
- Logistik — Kawasan logistik di Yordania juga menjadi salah satu penawaran yang disampaikan oleh Raja.
Rosan menyatakan bahwa ketiga proyek ini dinilai sangat relevan dengan profil portofolio Danantara, terutama dalam hal return investasi yang diharapkan.
Alasan dan Mekanisme Tawaran
Raja Yordania tidak langsung meluncurkan tawaran investasi tanpa pemahaman mendalam. Sebelum menyampaikan ketiga proyek tersebut, menurut Rosan, Raja Abdullah II sempat menanyakan proyeksi imbal hasil (return) Danantara.
Setelah melihat bahwa karakteristik proyek-proyek tersebut sesuai dengan ekspektasi Danantara, Raja Yordania pun mengajukan penawaran secara resmi. Rosan menyebut bahwa seluruh tawaran akan dievaluasi secara cermat dan ditindaklanjuti — dengan dukungan langsung dari Presiden Prabowo Subianto.
Sebagai langkah awal, Danantara akan membentuk tim khusus untuk meninjau aspek teknis, keuangan, hingga implementasi setiap proyek yang diajukan.
Rencana Kunjungan ke Yordania
Sebagai bagian dari tindak lanjut kerja sama, Rosan menyampaikan bahwa Danantara diundang secara langsung oleh Raja Abdullah II untuk melakukan kunjungan ke Yordania pada Desember 2025.
Kunjungan ini diprediksi menjadi momen penting untuk membuka negosiasi lebih lanjut dan menilai potensi proyek secara langsung di lapangan, sehingga bisa mendapatkan gambaran realistis tentang investasi masa depan.
Sinergi di Bidang Mineral: Fosfat dan Potas
Selain tiga proyek strategis di atas, kerja sama antara Indonesia dan Yordania juga diarahkan pada sektor mineral, khususnya fosfat dan potas. Rosan menyatakan bahwa kedua negara akan memperkuat kerja sama di bidang ini.
Indonesia, melalui Danantara, melihat peluang besar untuk ikut dalam proyek pertambangan fosfat di Yordania — mineral yang memiliki peran krusial dalam produksi pupuk dan bahan kimia pertanian.
Konteks Strategis dan Makna Diplomasi
Tawaran investasi dari Raja Yordania memiliki makna strategis ganda:
- Ekonomi Internasional: Pelibatan Danantara dalam proyek luar negeri menunjukkan ambisi Indonesia memperluas jejak ekonomi global melalui lembaga investasinya.
- Model Sovereign Wealth Fund (SWF): Yordania tertarik meniru struktur Danantara sebagai referensi untuk mendirikan SWF mereka sendiri, menurut Rosan.
- Diplomasi Ekonomi: Investasi ini memperkuat hubungan bilateral RI–Yordania dalam konteks geopolitik dan pembangunan ekonomi.
Tantangan dan Peluang
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam realisasi potensi proyek ini:
- Evaluasi Risiko Proyek
Semua proyek besar seperti pipa gas atau jalan tol memiliki risiko teknis, finansial, dan regulasi. Tim Danantara perlu melakukan kajian mendalam. - Return Sesuai Harapan
Karena Raja Yordania menanyakan return, kolaborasi ini hanya akan berlanjut jika potensi imbal hasil memenuhi ekspektasi Danantara. - Struktur Investasi
Model skema investasi akan dilakukan secara business-to-business (B2B), bukan semata bantuan antar pemerintah, menurut Rosan. - Dampak Geopolitik
Proyek ini dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra strategis Yordania dan menjadi titik masuk ke kawasan Timur Tengah.
Penutup
Ungkapan Rosan ini menegaskan bahwa hubungan Indonesia–Yordania tidak hanya bersifat simbolik, tetapi juga sarat potensi ekonomi besar melalui Danantara. Dengan penawaran tiga proyek strategis — pipa gas, jalan tol, dan logistik — serta kerja sama di sektor mineral, kedua negara membuka babak baru kolaborasi investasi.
Tindak lanjut melalui kunjungan tim Danantara ke Yordania dan analisis mendalam terhadap proyek-proyek tersebut menjadi kunci apakah kesepakatan ini benar-benar akan menelurkan kerja sama konkret. Jika berhasil, kolaborasi ini bisa menjadi model diplomasi ekonomi yang saling menguntungkan dan memperkuat posisi global Indonesia.

