Momen Diplomatik Gibran dengan Pemimpin Afrika di Sela KTT G20 Johannesburg
Johannesburg, 24 November 2025 — Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, menciptakan sejumlah momen diplomatik penting dengan pemimpin negara-negara Afrika saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Johannesburg, Afrika Selatan. Kehadirannya tidak hanya sebagai utusan Presiden Prabowo Subianto, tetapi juga sebagai simbol komitmen Indonesia dalam penguatan kerja sama global Selatan (Global South).
Kedatangan dan Penyambutan di Afrika Selatan
Gibran tiba di Bandara Internasional O.R. Tambo, Johannesburg, pada Jumat sore waktu setempat, setelah menempuh penerbangan panjang dari Jakarta.
Setibanya, ia disambut hangat oleh pejabat lokal, termasuk Menteri Listrik dan Energi Afrika Selatan Kgosientsho Ramokgopa, serta perwakilan diplomatik Indonesia.
Sambutan khas budaya menyertai kedatangannya: tiga pemuda menampilkan tarian Pantsula, tarian tradisional Afrika Selatan yang energik dan penuh semangat.
Suasana semakin khidmat ketika diaspora Indonesia di Afrika Selatan menyanyikan “Rayuan Pulau Kelapa” dan menyerahkan buket bunga nasional Afrika Selatan, King Protea, sebagai simbol persahabatan.
Forum Utama dan Pidato Perdana di G20
Gibran mewakili Presiden Prabowo dalam KTT G20 2025 di Johannesburg, menegaskan bahwa posisi Indonesia tetap aktif meski presiden tidak hadir secara langsung.
Pada sesi pleno, Gibran menyampaikan pidato pertamanya dalam rangkaian konferensi, memperkuat pesan diplomatik Indonesia dan mempertegas peran negara berkembang dalam tatanan global.
Dalam pidatonya, dia menekankan pentingnya kemitraan global yang bersifat saling memberdayakan. Indonesia menolak model kerja sama yang bersifat mendikte atau menciptakan ketergantungan.
Gibran juga mengusulkan mekanisme pembiayaan global baru yang lebih adil: termasuk keringanan utang bagi negara berkembang, pembiayaan inovatif, serta pembiayaan campuran agar negara-negara Selatan bisa berkembang berkelanjutan.
Selain itu, ia menyampaikan pentingnya memperkuat sistem pangan global, memperhatikan transisi energi yang adil, hingga mendorong tata kelola kecerdasan buatan (AI) sebagai bagian dari pertumbuhan masa depan.
Pertemuan MIKTA dan Bilateral: Diplomasi Intens
Di sela-sela KTT, Gibran juga menghadiri MIKTA Leaders’ Gathering, forum negara menengah yang terdiri dari Indonesia, Meksiko, Korea Selatan, Turki, dan Australia.
Dalam forum ini, Gibran menyampaikan apresiasi atas kepemimpinan Korea Selatan di MIKTA dan membahas kolaborasi regional yang lebih kuat.
Lebih jauh, dia melakukan sejumlah pull-aside meeting bilateral dengan pemimpin Afrika dan negara mitra lain. Antara lain, Gibran bertemu dengan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed Ali, serta Presiden Angola João Lourenço — yang juga menjabat sebagai Ketua Uni Afrika (African Union).
Dalam pertemuan dengan Ethiopia, dibahas dukungan Indonesia ke sektor agrikultur, terutama untuk ekspansi sawit dan produk pangan lainnya. Sementara dengan Angola, diskusi difokuskan pada penguatan kerja sama di sektor perkebunan seperti kopi dan cokelat.
Investasi dan Hubungan Ekonomi: Gerbang Menuju Afrika
Dalam dialog dengan para pengusaha di Afrika Selatan, Gibran menekankan bahwa Indonesia melihat benua Afrika sebagai mitra strategis dan pintu gerbang untuk memperluas pasar.
Ia menyatakan bahwa Indonesia siap menawarkan kapasitas industri-manfaat, pengembangan sumber daya manusia, teknologi, dan akses produksi ke ASEAN maupun negara berkembang lainnya.
Pesan ini menjadi sinyal bahwa Jakarta ingin memperkuat kerja sama investasi jangka panjang dengan negara-negara Afrika, bukan hanya kerja sama diplomatik semata.
Nilai Global South dan Prinsip Diplomasi
Salah satu poin yang ditekankan Gibran dalam berbagai interaksinya adalah penegasan nilai Global South — bahwa negara berkembang punya hak menentukan jalur pembangunan sendiri tanpa tekanan negara maju.
Gibran menolak kerjasama yang bersifat paternalistik atau menciptakan ketergantungan global:
“Kerja sama, partnership, harus menyejahterakan, harus memberdayakan.”
Ia juga menekankan perlunya pembiayaan global yang mudah diakses dan diprediksi, mencerminkan aspirasi keadilan ekonomi dunia.
Pernyataan ini relevan dengan tema besar KTT G20 2025 di Afrika Selatan, yakni Solidaritas, Kesetaraan, dan Keberlanjutan — tema yang sangat resonan dengan isu negara-negara berkembang.
Pesan Kemanusiaan dan Solidaritas
Tidak hanya berbicara soal ekonomi, Gibran juga menyampaikan pesan kemanusiaan. Dalam pidatonya, ia menyebut pentingnya menempatkan kemanusiaan sebagai pusat tata kelola global, terutama dalam krisis di Gaza, Sudan, dan wilayah lain yang terdampak konflik.
Dia mengajak pemimpin dunia agar berbagi beban dan mendukung negara-negara yang menghadapi tantangan berat, baik dari sisi iklim, utang, maupun ketahanan pangan.
Signifikansi Politik: Representasi Indonesia
Kehadiran Gibran di G20 bukan sekadar simbolis. Penunjukannya sebagai wakil Presiden untuk menunaikan tugas diplomatik menunjukkan kepercayaan Presiden Prabowo terhadap kapasitasnya dalam diplomasi global.
Selain itu, peran Gibran memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang memperjuangkan keadilan global dan memperkuat suara negara berkembang dalam forum multilateral.
Melalui berbagai pertemuan bilateral, Indonesia berhasil menyampaikan agenda strategis secara langsung, memperdalam hubungan dengan negara-negara Afrika, dan membuka peluang kerja sama ekonomi jangka panjang.
Tantangan dan Peluang ke Depan
Meski diplomasi Gibran di G20 menunjukkan langkah positif, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah memastikan bahwa komitmen investasi dan kerja sama hasil pertemuan tidak hanya menjadi janji diplomatik, tetapi diterjemahkan ke dalam proyek konkret dan berkelanjutan.
Selain itu, isu pembiayaan global yang adil bukan hal mudah dicapai. Butuh kolaborasi lintas negara, reformasi lembaga keuangan internasional, dan mekanisme pendanaan inovatif agar negara berkembang bisa benar-benar merasakan manfaat.
Juga, peran Global South di forum G20 memerlukan konsistensi dan solidaritas di antara negara-negara berkembang. Apakah pertemuan bilateral sekarang akan menjadi pijakan kuat untuk memperkuat suara Global South di masa depan? Itu masih perlu dibuktikan lewat aksi nyata.
Penutup
Momen diplomatik Gibran Rakabuming Raka dengan pemimpin Afrika di sela KTT G20 adalah indikator penting bahwa Indonesia tidak hanya berbicara tentang solidaritas global, tetapi juga aktif menjalin hubungan strategis dengan negara-negara Global South.
Lewat pertemuan bilateral, pidato yang meneguhkan kemitraan adil, dan ajakan transformasi pembiayaan global, Gibran menyampaikan visi Indonesia: kerja sama internasional bukan untuk mendikte, melainkan memperkuat dan memberdayakan.
Melangkah ke depan, Indonesia punya tugas berat untuk memastikan semua komitmen yang diucapkan di Johannesburg diterjemahkan ke dalam aksi nyata — baik di bidang investasi, pembangunan bersama, maupun reformasi institusi global.

