Warga +62 Ramai Keluhkan Batuk & Pilek: Dokter Paru Ungkap Kemungkinan Penyebab
Jakarta, 8 Oktober 2025 — Sejumlah warga berusia di atas 62 tahun (dituliskan sebagai “+62” dalam media sosial) akhir-akhir ini ramai melaporkan gejala batuk, pilek, hidung tersumbat, tenggorokan gatal, hingga demam ringan yang berkepanjangan. Kondisi ini mendapat sorotan dari para pakar paru-paru, yang mengindikasikan bahwa lonjakan kasus ini bisa berkaitan dengan musim pencampuran virus flu dan COVID-19 serta perubahan cuaca ekstrem.
Keluhan Warga & Isu Media Sosial
Beberapa pengguna platform sosial media (terutama X) mengeluhkan bahwa mereka mengalami batuk dan pilek yang enggan mereda. Contoh keluhan seperti:
“Kayaknya lagi musim batuk pilek… suaraku jadi kaya lanang gara² batuk”
“Puyeng banget batuk pilek gak sembuh”
“Cuaca kaya gini bawaannya batuk pilek trus ujung-ujungnya engap”
Keluhan ini memantik diskusi di kalangan masyarakat, terutama mereka berusia lanjut atau yang memiliki kondisi kesehatan rentan.
Penjelasan dari Ahli Paru: Prof. Erlina & dr. Agus Susanto
Guru Besar Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi dari Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, SpP(K), menyatakan bahwa data awal yang tersedia menunjukkan adanya peningkatan kasus flu dan COVID-19. Namun, banyak orang yang mengalami gejala tersebut tidak melakukan tes PCR atau pemeriksaan medis yang memadai. Ia kemudian mendorong masyarakat agar tetap menerapkan langkah pencegahan seperti memakai masker dan mencuci tangan.
Sementara itu, dr. Agus Susanto, SpP(K) juga mengonfirmasi bahwa banyak kasus influenza yang muncul belakangan ini, menegaskan bahwa virus flu tampaknya memainkan peran besar dalam gelombang gejala pernapasan saat ini.
Faktor Pemicu: Cuaca Tak Menentu dan Daya Tahan Tubuh Menurun
Menurut Prof. Erlina, salah satu pemicu kenaikan keluhan batuk dan pilek adalah perubahan cuaca ekstrem, terutama saat musim pancaroba atau peralihan musim hujan. Kondisi seperti ini memudahkan penyebaran virus dan menurunkan imunitas tubuh.
Secara ilmiah, kondisi cuaca — seperti suhu, kelembapan, curah hujan — memang dapat memengaruhi pola musiman virus pernapasan. Sebuah penelitian terkait di China menunjukkan bahwa faktor meteorologis seperti suhu, kelembapan, dan curah hujan memiliki pengaruh signifikan pada distribusi infeksi virus pernapasan (seperti influenza, RSV) pada populasi rawat inap.
Dengan cuaca tak stabil, tubuh menjadi lebih rentan terhadap virus yang sebelumnya ada di lingkungan. Ditambah lagi, jika seseorang memiliki kondisi komorbid (penyakit penyerta) atau sistem imun yang menurun, mereka lebih mudah terserang gejala infeksi pernapasan.
Gejala Umum & Tantangan Diagnosis
Gejala-gejala seperti:
- Batuk (kering atau berdahak)
- Pilek / hidung tersumbat
- Tenggorokan gatal
- Demam ringan yang mungkin berlangsung beberapa hari
adalah keluhan utama yang dilaporkan. Namun, karena gejala tersebut dapat tumpang tindih antara influenza dan COVID-19, tanpa pemeriksaan lanjutan (seperti PCR atau tes virus), sulit membedakan penyebabnya secara pasti.
Tantangan lain adalah banyak orang tidak kunjung membaik meskipun sudah istirahat atau menggunakan obat simtomatik ringan. Hal ini membuat fenomena “batuk pilek lama” menjadi sorotan publik.
Imbauan dan Upaya Pencegahan
Para ahli paru mengimbau masyarakat, terutama kelompok rentan (usia lanjut, penderita penyakit kronis, dan mereka dengan sistem imun lemah), untuk:
- Memakai masker — terutama di area publik atau keramaian
- Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
- Menjaga kebersihan dan ventilasi ruangan agar udara tetap mengalir
- Menjaga pola hidup sehat — asupan gizi baik, istirahat cukup, dan aktivitas fisik ringan
- Melakukan tes medis bila gejala tidak mereda atau memburuk, agar diagnosis lebih tepat
- Menghindari kontak langsung jika merasa sedang sakit
Upaya pencegahan ini penting untuk meminimalkan penularan virus influenza maupun COVID-19 yang belakangan ini disebut meningkat.
Implikasi Bagi Pelayanan Kesehatan
Lonjakan kasus batuk dan pilek bisa berdampak pada beban fasilitas kesehatan — puskesmas, rumah sakit, klinik. Jika tidak diantisipasi, pelayanan dapat kewalahan menghadapi pasien dengan keluhan pernapasan ringan maupun berat.
Untuk itu, perlu ada penajaman surveilans penyakit pernapasan (influenza-like illness / ILI dan infeksi saluran pernapasan akut) agar lonjakan kasus bisa diketahui lebih awal. Pemerintah dan instansi kesehatan juga harus memperkuat kesiapsiagaan dan sistem rujukan bila ada kasus pernapasan berat.
