Musik sebagai Terapi Migrain: Irama yang Redakan Nyeri Kepala?
Jakarta, 2025 — Migrain, atau sakit kepala sebelah, merupakan kondisi yang membebani banyak orang — denyutan tajam, kepekaan terhadap cahaya dan suara, serta kelelahan sering menyertai serangannya. Sebagai upaya non-medis, muncul pertanyaan menarik: bisakah musik menjadi “obat alami” untuk migrain? Sebagian orang meyakini bahwa irama lembut mampu meredakan gejala.
Potensi Musik Meredakan Nyeri Migrain
Harapan & Efek Placebo
Sebuah penelitian tahun 2022 yang dikutip menyebut bahwa harapan pasien terhadap efek terapeutik musik berpengaruh besar terhadap persepsi kenyamanan. Mereka yang percaya bahwa musik bisa membantu cenderung merasakan pengurangan nyeri yang lebih nyata. Dengan kata lain: sebagian dari efek yang dirasakan bisa termasuk dalam ranah efek placebo.
Studi Urutan Musik “U” dan Penurunan Gejala Migrain
Penelitian lain (2021) menggunakan aplikasi bernama Music Care yang memutar urutan musik “U” — pola yang dikombinasikan dari ritme, tempo, dan intensitas yang terukur. Setelah tiga bulan mendengarkan setiap hari, sejumlah peserta menunjukkan penurunan keparahan migrain secara signifikan dibanding sebelum intervensi.
Binaural Beats: Irama Ganda dan Gelombang Otak
Salah satu fenomena menarik dalam terapi musik adalah binaural beats — teknik di mana dua frekuensi berbeda diputar secara bersamaan, dan otak “menghasilkan” frekuensi baru sesuai selisihnya.
Karena migrain sering terkait dengan aktivitas gelombang otak yang abnormal, teori ini mengusulkan bahwa binaural beats dapat menjadi alat bantu. Namun, bukti ilmiahnya masih sangat terbatas dan efeknya bisa sangat individual — bahkan ada kasus di mana audio semacam ini justru memperburuk sakit kepala pada sebagian orang.
Selain Musik, Suara yang Justru Memicu Migrain
Menariknya, meskipun musik lembut bisa membantu sebagian orang, ada suara-suara tertentu yang justru menjadi pemicu migrain:
Nada tinggi di atas sekitar 400 Hz
Bunyi keras dan mendadak seperti klakson, sirine, ledakan
Suara tajam: gemerisik, dengungan listrik, suara mesin
Suara semacam itu dapat meningkatkan stres sensorik dan memicu atau memperparah serangan migrain pada orang yang peka. Karena itu, penderita disarankan mengenali kebisingan yang memicu mereka dan menghindarinya.
Beberapa orang menemukan solusi di dalam musik instrumental lembut, suara alam (ombak, hujan ringan), atau musik klasik berirama lambat — di mana elemen suara yang mengganggu diminimalkan.
Keterbatasan & Tantangan Ilmiah
Variabilitas respon individu
Efek musik sangat tergantung pada preferensi pribadi, kondisi mental, dan kepekaan sensorik seseorang. Musik yang menenangkan bagi satu orang bisa malah memicu nyeri bagi orang lain.
Keterbatasan bukti klinis
Studi yang ada umumnya berskala kecil, jangka waktu terbatas, atau metode kontrolnya belum kuat. Belum ada konsensus medis bahwa musik bisa dijadikan terapi pokok untuk migrain.
Efek adisi atau toleransi?
Kemungkinan bahwa seseorang menjadi terbiasa dengan stimulus musik tertentu sehingga efek relaksasinya berkurang dari waktu ke waktu – semacam “toleransi musik”.
Penutup
Mendengarkan musik bisa menjadi semacam “obat alamiah” untuk migrain dalam arti bahwa ia dapat menenangkan sistem saraf, mengalihkan persepsi nyeri, dan memperkuat suasana hati. Namun, musik belum dapat digolongkan sebagai terapi utama medis. Efeknya sangat tergantung pada individu, jenis musik, dan harapan psikologis penggunanya.

