Mengenal Struktur Kepengurusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU): Rais Aam, Mustasyar, Tanfidziyah,
Dalam tubuh organisasi Islam terbesar di Indonesia, PBNU, terdapat sejumlah istilah dan struktur kepengurusan yang menunjukkan peran berbeda: dari yang bersifat religius dan pengarah (syuriyah), sampai yang menjalankan operasional sehari-hari (tanfidziyah). Pemahaman terhadap istilah seperti Rais Aam, Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah penting — terlebih di tengah dinamika terkini di tubuh PBNU.
Apa Itu Rais Aam dan Posisi dalam PBNU
- Rais Aam adalah pemimpin tertinggi dalam struktural syuriyah PBNU.
- Secara historis, saat pertama kali berdiri, pemimpin tertinggi dinamakan “Rais Akbar”. Setelah wafatnya pendiri awal, istilah itu diganti menjadi Rais Aam — dan sejak itu digunakan hingga kini.
- Rais Aam bukan sekadar figur simbolis: menurut AD/ART organisasi, ia memiliki kewenangan strategis untuk menetapkan kebijakan umum organisasi, mewakili PBNU dalam urusan besar, dan menandatangani keputusan strategis bersama pimpinan eksekutif
Dengan demikian, Rais Aam berada “di atas” struktur operasional — bertugas sebagai penentu arah nilai, ideologi, dan keputusan strategis organisasi.
Tanfidziyah, Mustasyar, Syuriyah: Apa Bedanya
PBNU menggunakan struktur berlapis untuk menjalankan fungsi yang berbeda:
- Syuriyah: badan pengarah dan penasihat. Di dalamnya terdapat Rais Aam, wakil Rais Aam, katib (sekretaris), a’wan (anggota pleno), dan para mustasyar (penasihat/petimbangan). Syuriyah mengurus perkara fatwa, petunjuk keagamaan, dan arah kebijakan besar.
- Tanfidziyah: badan eksekutif yang menangani operasional harian organisasi — misalnya administratif, pelaksanaan program, koordinasi antarwilayah, serta kegiatan nyata di lapangan. Dipimpin oleh Ketua Umum PBNU.
- Mustasyar: dewan penasihat — terdiri dari kiai dan ulama sepuh — yang memberi masukan, saran, dan bimbingan moral/keagamaan berdasarkan pengalaman dan keilmuan mereka.
- Katib Aam / Sekretariat Syuriyah: bertugas administrasi, pencatatan keputusan, dokumentasi; memastikan keputusan syuriyah tertulis dengan benar dan bisa diikuti.
Dengan struktur ini, PBNU berusaha menjaga keseimbangan antara kekuatan spiritual-keagamaan (ulama, kiai) dan kebutuhan organisasi modern (manajemen, administrasi, koordinasi).
Mengapa Struktur Ini Penting — Terutama di Tengah Dinamika PBNU
Belakangan ini, terjadi pergolakan internal di PBNU: ada pengambilan keputusan oleh Syuriyah yang mempengaruhi posisi Tanfidziyah. Ini menegaskan betapa kewenangan Rais Aam dan Syuriyah memang sangat menentukan arah organisasi.
Bagi banyak pihak, struktur ini dianggap sebagai penyeimbang: keputusan-putusan religius, moral, dan ideologis tidak hanya diambil oleh eksekutif semata, melainkan melalui musyawarah para ulama yang lebih tua dan dianggap memiliki legitimasi tradisional. Sebaliknya, pelaksanaan sehari-hari tetap berada pada pengurus yang bisa bekerja secara administratif dan modern.
Model ini dianggap ideal untuk menjaga identitas keagamaan sekaligus fleksibilitas organisasi — meskipun dalam praktiknya, tensi antara Syuriyah dan Tanfidziyah bisa muncul ketika visi atau kebijakan berbeda.
Ringkasan Peran Tiap Istilah / Struktur dalam PBNU
| Istilah / Struktur | Fungsi Utama / Peran |
|---|---|
| Rais Aam | Pemimpin tertinggi di syuriyah; pengambil keputusan strategis & penentu arah NU |
| Syuriyah | Badan pengarah/penasihat — menangani fatwa, kebijakan ideologi/keagamaan |
| Tanfidziyah | Badan eksekutif/pelaksana harian — menjalankan program, administrasi, koordinasi |
| Ketua Umum PBNU | Pimpinan tanfiziyah — menjalankan keputusan organisasi |
| Mustasyar | Dewan penasihat: memberi nasihat moral, agama, tradisi |
| Katib Aam / Sekretariat | Administrasi syuriyah: pencatatan, dokumentasi, pelaporan keputusan |
| A’wan | Anggota pleno syuriyah — membantu tugas kolektif keputusan & musyawarah |
Kesimpulan
Struktur kepengurusan PBNU — terdiri dari Syuriyah, Tanfidziyah, dan dewan-dewan penasihat — menggambarkan upaya menjaga keseimbangan antara nilai tradisional keagamaan dan tuntutan operasional organisasi modern. Kehadiran Rais Aam sebagai pemimpin tertinggi di syuriyah memperkuat legitimasi moral dan ideologis. Sementara tanfidziyah memastikan jalannya organisasi sehari-hari.
Pemahaman terhadap istilah seperti Rais Aam, Mustasyar, Syuriyah, Tanfidziyah, dan struktur kepengurusan lainnya sangat penting — terutama ketika terjadi dinamika internal atau perubahan kebijakan besar — agar publik, kader, dan warga tahu siapa berwenang mengambil keputusan apa.

