Pengetahuan Umum

Teluk Saleh NTB Jadi Kawasan Konservasi Hiu Paus: Harapan Edukasi Wisatawan dan Perlindungan Ekosistem di Sumbawa

Sumbawa, 31 Oktober 2025 — Di perairan biru Teluk Saleh, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, di mana hiu paus (Rhincodon typus) berenang santai menyaring plankton di permukaan air hangat, ada harapan baru: kawasan ini bakal jadi konservasi berbasis biota pertama di Indonesia. Usulan resmi dari Pemprov NTB ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ini bukan cuma soal lindungi hiu paus—spesies rentan yang populer di kalangan turis—tapi juga soal edukasi wisatawan agar interaksi dengan alam lebih bijak, bukan eksploitatif. Dengan luas 1.459 km², Teluk Saleh jadi rumah bagi 20-30 hiu paus per musim (data KKP 2024), dan usulan ini bisa jadi model wisata berkelanjutan—bukan cuma foto Instagram, tapi pelajaran untuk rakyat lokal yang bergantung laut untuk hidup.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, Muslim, bilang usulan ini sudah diajukan ke KKP tahun ini, dengan target ketetapan 2026. “Kami finalisasi masukan masyarakat dan stakeholder, termasuk nelayan dan turis,” katanya. Teluk Saleh, yang kaya terumbu karang dan plankton, jadi habitat ideal hiu paus dari Maret-Juni, tarik 5.000 turis/tahun (Dinas Pariwisata NTB 2024). Tapi, interaksi turis sering bermasalah: sentuhan tangan, kejar-kejaran, atau pakan paksa—risiko cedera hiu atau penyakit (WWF 2023). Konservasi ini bakal atur zona aman, edukasi turis, dan lindungi nelayan lokal yang tangkap ikan di sekitar—sekitar 2.000 jiwa bergantung mata pencaharian (BPS Sumbawa 2024).

Buat warga Sumbawa seperti Pak Nurdin (45), nelayan di Labuan Bajo, ini harapan segar: “Hiu paus jadi magnet turis, tapi kalau rusak ekosistem, ikan kami hilang. Konservasi bisa bantu kami dapat dana dari turis, tapi aman.” Teluk Saleh, dengan kedalaman 50-200 meter dan arus hangat, rumah bagi 15 spesies hiu (Kemenpar 2024), tapi hiu paus ikonik—terbesar di dunia, panjang 12 meter, berat 20 ton. WWF bilang, populasi global hiu paus turun 63% sejak 1980 karena perburuan insidental—konservasi ini bisa bantu pulihkan.

Tantangan: BLUD Kelautan NTB (Badan Layanan Umum Daerah) kelola kawasan, tapi dana Rp 500 juta/tahun terbatas. Muslim target Rp 1 miliar gabungan BLUD NTB 2026 untuk transisi: edukasi turis via papan zona aman, patroli nelayan, dan homestay ramah lingkungan. Ini model: seperti Raja Ampat (Papua, 2002), konservasi tingkatkan turis 20% (Kemenpar 2024). Tapi, butuh kolaborasi: KKP, WWF, dan turis. “Target bukan dana, tapi ekosistem bertahan—hiu paus langka, wisata baru aman,” kata Muslim.

Ini pelajaran: wisata alam nggak boleh eksploitatif. Di Bali, interaksi hiu paus di Nusa Penida (2023) picu cedera 5 hiu (WWF). Di Sumbawa, nelayan seperti Ibu Rini (38) harap: “Turis datang, kami dapat kerja, tapi hiu aman—anak cucu bisa lihat.” Usulan Teluk Saleh bisa jadi contoh: konservasi edukasi, bukan eksploitasi—untuk rakyat yang hidup dari laut.

📌 Sumber: CNN Indonesia, KKP, Kemenpar, WWF, BPS Sumbawa, diolah oleh tim tentangrakyat.id.

Related Keywords: konservasi hiu paus NTB, Teluk Saleh Sumbawa, edukasi wisatawan hiu paus, Rhincodon typus Indonesia, BLUD NTB kelautan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *