Beritaglobal

Ketegangan di Laut China Selatan: Ketika Perang China-Taiwan Disebut “Gerbang Menuju Kiamat Baru” oleh AS

WASHINGTON DC, 22 November 2025 — Peringatan keras dan bernada dramatis datang dari Amerika Serikat (AS) mengenai eskalasi ketegangan antara China dan Taiwan. Para pejabat tinggi AS dilaporkan khawatir bahwa potensi konflik militer di Selat Taiwan bukan hanya akan memicu perang regional, tetapi bisa menjadi “gerbang menuju kiamat baru” yang mengguncang tatanan ekonomi dan keamanan global. Pernyataan ini menunjukkan tingkat kekhawatiran yang paling tinggi dari Washington terkait stabilitas Asia Timur.

Meskipun China menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri, AS dan sekutunya melihat Taiwan sebagai benteng demokrasi dan pusat vital bagi rantai pasok semikonduktor global. Kekhawatiran AS terhadap “kiamat baru” ini tidak hanya merujuk pada korban jiwa, tetapi pada kehancuran sistem ekonomi dan rantai pasok teknologi yang mendasari kehidupan modern di seluruh dunia.

“Ketika AS menggunakan frasa seberat ‘kiamat baru’, ini bukan lagi soal retorika militer. Ini adalah pengakuan bahwa jika Taiwan diserang, industri semikonduktor global akan lumpuh, pasar keuangan akan ambruk, dan stabilitas kawasan Asia Pasifik, tempat Indonesia berada, akan rusak total,” kata [Sebutkan Analis Geopolitik yang Relevan].

Mengapa Taiwan Begitu Krusial bagi Rakyat Biasa?

Bagi masyarakat umum di Indonesia, konflik di Selat Taiwan mungkin terasa jauh. Namun, stabilitas Taiwan secara langsung memengaruhi kehidupan sehari-hari rakyat karena satu alasan utama: Semikonduktor (Chip).

Taiwan adalah produsen chip paling canggih di dunia, yang digunakan di hampir semua perangkat elektronik—mulai dari ponsel pintar, mobil listrik, hingga peralatan rumah tangga. Jika terjadi konflik:

  1. Gangguan Rantai Pasok: Pabrik chip akan berhenti beroperasi, menyebabkan kekurangan pasokan global yang parah dan melumpuhkan industri manufaktur di seluruh dunia.
  2. Inflasi Teknologi: Harga barang elektronik, gawai, dan mobil akan melonjak drastis dan mungkin sulit ditemukan.
  3. Ketidakpastian Ekonomi Regional: Konflik akan membuat investor asing menarik diri dari kawasan Asia, menyebabkan ketidakstabilan Rupiah dan meningkatnya risiko PHK di sektor manufaktur.

Oleh karena itu, stabilitas di Selat Taiwan adalah isu perut bagi rakyat di seluruh dunia, termasuk di Nusantara.

Resiko bagi Stabilitas Indonesia

Sebagai negara yang secara geografis dekat dan memiliki hubungan dagang erat dengan China dan Taiwan, Indonesia berada di posisi yang sangat rentan.

Pemerintah Indonesia, melalui diplomasi yang hati-hati, terus mendesak semua pihak untuk menahan diri dan menyelesaikan sengketa melalui dialog damai. Stabilitas di Laut China Selatan adalah prasyarat mutlak bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Peringatan keras dari AS ini adalah panggilan bagi Jakarta untuk meningkatkan kewaspadaan diplomatik dan memperkuat ketahanan ekonomi domestik terhadap gejolak eksternal yang tidak terduga.

Pada akhirnya, bagi rakyat biasa, kiamat bukan hanya tentang bom, tetapi tentang hilangnya pekerjaan, melonjaknya harga pangan, dan kolapsnya sistem yang menopang kehidupan sehari-hari mereka.

Related Keywordskonflik China Taiwan, Selat Taiwan, semikonduktor, geopolitik, kiamat baru, stabilitas Asia Pasifik, ekonomi rakyat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *