Ekonomi

Bikin Kaget: RI Sekarang Jadi Importir Lada

Negara yang selama ini dikenal sebagai salah satu penghasil utama komoditas lada, yakni Indonesia, kini mencatatkan posisi terbalik: importir lada. Hal ini terungkap dalam laporan riset yang diterbitkan oleh CNBC Indonesia pada awal November 2025.

Produksi Terjun, Impor Meroket

Menurut riset tersebut, produksi lada nasional telah terus-menerus menurun selama dua dekade terakhir. Sementara itu, tren impor justru meningkat dengan cepat.
Sebagai ilustrasi, dalam periode Januari–Mei 2025, volume impor lada putih tercatat sebesar 6,46 ton — melonjak sekitar 645.500% dibandingkan periode yang sama sebelumnya. Nilai dolar dari impor untuk periode tersebut mencapai US$ 0,05041 juta, atau naik lebih dari 1.260.111% … sebuah lonjakan yang dramatis.

Apa Penyebabnya?

Laporan tersebut mengemukakan beberapa faktor pemicu:

  • Penurunan produktivitas di sektor penghasil lada domestik, baik akibat faktor teknis, perubahan iklim, maupun konversi lahan.
  • Kebutuhan dalam negeri yang belum terpenuhi dari produksi lokal, sehingga impor menjadi jalan keluar cepat.
  • Dominasi lada putih impor, yang menunjukkan bahwa jenis lada yang dipakai industri atau ekspor dalam negeri tidak sepenuhnya dapat dipenuhi oleh produksi lokal.

Dampak & Implikasi

Perubahan status dari eksportir ke importir bagi komoditas strategis seperti lada membawa sejumlah implikasi:

  • Kedaulatan pangan/komoditas: Produksi dalam negeri yang melemah menimbulkan kerentanan terhadap pasokan dari luar negeri.
  • Ketahanan harga: Ketergantungan impor bisa membuat harga domestik dipengaruhi oleh fluktuasi internasional dan nilai tukar.
  • Ekonomi petani lokal: Petani lada yang dulu mengandalkan ekspor atau pasar dalam negeri bisa menghadapi tekanan karena produksi menurun dan persaingan dengan produk impor.
  • Kebijakan agraria/pertanian: Pemerintah perlu mengevaluasi kebijakan dukungan untuk komoditas lada, mulai dari peremajaan lahan, varietas tahan iklim, hingga insentif produksi.

Rekomendasi Kebijakan

Berdasarkan kondisi tersebut, beberapa langkah yang direkomendasikan adalah:

  • Revitalisasi tanaman lada nasional melalui program penggantian varietas, peremajaan tanaman, dan penerapan teknologi pertanian modern.
  • Pengembangan skema insentif dan pembiayaan untuk petani lada agar tetap berproduksi secara kompetitif.
  • Diversifikasi pasar dan peningkatan nilai tambah produksi lada, misalnya melalui pengolahan dalam negeri sehingga tidak hanya mengandalkan komoditas mentah.
  • Penguatan data dan pemantauan produksi serta impor agar pemerintah dapat merespon lebih cepat perubahan pasar.

Penutup

Transformasi mendadak dari eksportir menjadi importir lada menandai situasi yang memerlukan perhatian serius. Penurunan produksi domestik sekaligus lonjakan impor menunjukkan bahwa tanpa langkah strategis, komoditas yang sempat menjadi kekuatan nasional bisa menjadi beban bagi ketahanan ekonomi. Pemerintah, pelaku industri, dan petani perlu bersinergi untuk membalikkan tren ini dan mengembalikan posisi Indonesia sebagai produsen kuat lada di panggung global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *