Mengapa Penderita Alzheimer Bisa Lupa Nama dan Wajah Orang Terdekat? Ini Penjelasan Ahlinya
Alzheimer merupakan salah satu bentuk demensia yang sering menyerang orang lanjut usia. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kemampuan berpikir dan mengingat, tetapi juga berdampak pada hubungan sosial dan emosional penderita. Salah satu gejala yang paling berat bagi keluarga adalah ketika penderita mulai melupakan nama atau wajah orang yang sangat dekat, seperti anak, pasangan, atau sahabat yang telah lama menemani hidup.
Gejala ini sering memunculkan pertanyaan penuh emosi: “Bagaimana mungkin seseorang yang kita sayangi bisa lupa siapa kita?” Untuk memahami hal itu, para ahli menjelaskan bahwa Alzheimer berkaitan erat dengan kerusakan jaringan otak di bagian yang bertanggung jawab pada memori dan pengenalan visual.
Kerusakan Sel Otak Menjadi Penyebab Utama
Pada penderita Alzheimer, terjadi penumpukan protein abnormal di otak, khususnya beta-amyloid dan tau. Penumpukan ini mengganggu komunikasi antarsel otak sehingga jaringan otak perlahan mengalami kerusakan. Salah satu bagian yang paling terdampak adalah hipokampus, yaitu pusat memori yang berfungsi menyimpan dan memanggil kembali ingatan.
Ketika hipokampus mulai rusak, kemampuan untuk mengingat nama orang menjadi terganggu. Pada fase awal, penderita mungkin masih mengenali wajah, tetapi kesulitan menyebut nama. Namun seiring perkembangan penyakit, kerusakan meluas ke area lainnya, seperti korteks temporal dan oksipital, yang berperan dalam pengenalan wajah dan objek.
Inilah alasan mengapa pada tahap lanjut, penderita Alzheimer bisa tidak mengenali anak atau pasangan sendiri.
Bukan Kehilangan Cinta, Melainkan Gangguan Fungsi Otak
Penting dipahami bahwa penderita tidak “lupa” karena mereka tidak peduli atau tidak mencintai keluarganya. Yang terjadi murni karena kerusakan struktur otak membuat mereka kesulitan memproses informasi visual dan ingatan jangka panjang.
Banyak keluarga yang merasa sakit hati saat penderita tampak menjaga jarak, tidak mengenali, atau bahkan merasa takut terhadap orang dekat. Padahal, reaksi tersebut muncul karena otak penderita menganggap wajah tersebut sebagai sesuatu yang asing.
Pengenalan Wajah Lebih Kompleks dari Mengingat Nama
Mengingat wajah lebih rumit dibanding mengingat nama. Wajah seseorang diproses melalui kombinasi memori visual, emosional, dan pengalaman bersama. Ketika bagian otak yang mengatur pengenalan wajah terganggu, otak tidak mampu lagi “menghubungkan” bahwa wajah yang dilihat adalah orang yang memiliki kedekatan emosional.
Beberapa penderita bahkan dapat merasa seolah sedang bertemu orang asing, meski orang itu adalah suami atau istrinya sendiri.
Peran Emosi Masih Dapat Bertahan
Menariknya, menurut para ahli, meskipun penderita mungkin lupa nama dan wajah, memori emosional cenderung bertahan lebih lama. Artinya, mereka bisa tetap merasakan kenyamanan, ketenangan, atau kehangatan saat berada dekat orang yang dicintai — meskipun tidak dapat mengidentifikasi siapa orang tersebut.
Itulah mengapa sentuhan lembut, suara yang pelan, serta kehadiran yang menenangkan sangat membantu bagi penderita Alzheimer.
Bagaimana Keluarga Dapat Mendukung?
- Tetap berkomunikasi dengan sabar, meski penderita kesulitan merespons.
- Gunakan nama diri ketika berbicara, misalnya “Ini anakmu, Rina.”
- Tunjukkan foto kenangan untuk membantu otak menghubungkan informasi visual.
- Jangan memaksa penderita mengingat; itu hanya akan menambah stres.
- Fokus pada kehangatan emosional, bukan pada tes ingatan.
Kesimpulan
Penderita Alzheimer melupakan nama dan wajah orang terdekat bukan karena hilangnya rasa sayang, tetapi karena kerusakan struktur otak yang menghambat kemampuan memori dan pengenalan visual. Meski begitu, hubungan emosional masih dapat dipertahankan dengan sentuhan kasih, suara yang menenangkan, dan kebersamaan yang penuh kesabaran.

