Suhu Ekstrem Dapat Menyebabkan Gagal Jantung, Waspadai Risiko Kesehatan
Jakarta —
Perubahan iklim yang menyebabkan suhu ekstrem kini menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia. Bukan hanya mengganggu kenyamanan, cuaca yang terlalu panas atau terlalu dingin terbukti dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung, terutama pada penderita gagal jantung.
Penelitian internasional terbaru yang melibatkan lebih dari 32 juta kasus kematian akibat penyakit jantung di 27 negara menunjukkan bahwa hari-hari dengan suhu ekstrem—baik panas maupun dingin—berkorelasi langsung dengan peningkatan kematian akibat gangguan kardiovaskular.
Lonjakan Risiko pada Hari-Hari Bersuhu Ekstrem
Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health menganalisis data dari tahun 1979 hingga 2019, mencakup 567 kota di lima benua. Hasilnya cukup mengkhawatirkan:
- Pada hari bersuhu sangat panas, terdapat peningkatan sekitar 2,2 kematian per 1.000 kasus penyakit jantung.
- Pada hari dengan suhu sangat dingin, lonjakan kematian bahkan mencapai 9,1 per 1.000 kasus.
- Penderita gagal jantung menjadi kelompok paling rentan, dengan peningkatan 2,6 kematian pada hari panas ekstrem dan 12,8 kematian pada hari dingin ekstrem.
Para peneliti menyimpulkan bahwa perubahan suhu ekstrem akibat perubahan iklim kini menjadi faktor yang semakin berbahaya bagi kesehatan jantung masyarakat global.
Mengapa Suhu Ekstrem Berbahaya bagi Jantung?
Suhu panas ekstrem membuat tubuh bekerja lebih keras untuk menjaga keseimbangan suhu internal. Kondisi ini meningkatkan beban kerja jantung, terutama pada orang dengan fungsi jantung yang sudah melemah.
Sebaliknya, suhu yang terlalu dingin dapat menyempitkan pembuluh darah dan menaikkan tekanan darah, sehingga memicu serangan jantung atau gagal jantung akut.
Selain itu, perubahan suhu yang cepat—misalnya dari panas terik ke udara dingin ber-AC—juga bisa menimbulkan stres termal pada sistem kardiovaskular. Akibatnya, penderita gagal jantung lebih mudah mengalami dekompensasi, yaitu penurunan fungsi jantung secara tiba-tiba.
Kelompok Paling Rentan
Penelitian menunjukkan bahwa pasien gagal jantung adalah kelompok paling terancam ketika suhu ekstrem terjadi. Namun, risiko juga meningkat pada:
- Lansia di atas 60 tahun.
- Penderita hipertensi, diabetes, atau kolesterol tinggi.
- Orang yang bekerja di luar ruangan atau tanpa akses ke pendingin udara atau pemanas.
- Masyarakat dengan akses terbatas ke fasilitas kesehatan.
Kombinasi antara kondisi medis, usia, dan lingkungan dapat memperburuk dampak suhu ekstrem terhadap jantung seseorang.
Dampak bagi Indonesia
Meski sebagian besar penelitian dilakukan di negara beriklim subtropis, Indonesia juga tidak bebas dari ancaman suhu ekstrem. Fenomena El Niño dan perubahan iklim global kerap menyebabkan suhu udara di beberapa wilayah mencapai 37°C atau lebih. Di sisi lain, daerah dataran tinggi juga mengalami penurunan suhu drastis pada malam hari.
Kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko serangan jantung, terutama bagi masyarakat dengan gaya hidup tidak sehat atau riwayat penyakit kronis. Oleh karena itu, pemerintah dan tenaga kesehatan perlu memperkuat sistem surveilans cuaca ekstrem serta memberikan edukasi pencegahan kepada masyarakat.
Langkah Pencegahan yang Bisa Dilakukan
Para ahli jantung menyarankan langkah-langkah berikut untuk meminimalkan risiko gagal jantung akibat suhu ekstrem:
- Hindari aktivitas berat di luar ruangan pada saat suhu sangat panas.
- Perbanyak asupan air putih untuk mencegah dehidrasi yang dapat memicu gangguan elektrolit.
- Gunakan pakaian longgar dan berwarna terang saat cuaca panas, serta pakaian hangat berlapis saat cuaca dingin.
- Pantau tekanan darah dan detak jantung secara rutin, terutama bagi penderita penyakit kronis.
- Pastikan ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik, gunakan kipas atau pendingin udara saat panas ekstrem, dan pemanas ruangan bila suhu terlalu rendah.
- Segera cari pertolongan medis jika mengalami gejala seperti sesak napas, nyeri dada, jantung berdebar, atau pusing berat.
Tantangan Global dan Perluasan Riset
Meski hasil penelitian ini memberikan bukti kuat, para ilmuwan mengingatkan bahwa data dari wilayah tropis seperti Asia Tenggara masih terbatas. Diperlukan studi lanjutan untuk memahami secara lebih spesifik bagaimana suhu ekstrem di daerah tropis mempengaruhi pola penyakit jantung.
Selain itu, perlu ada kolaborasi antara lembaga kesehatan dan badan meteorologi dalam menyusun sistem peringatan dini bagi pasien dengan risiko tinggi. Pendekatan berbasis data dan edukasi publik dapat menjadi strategi efektif mengurangi dampak kesehatan dari perubahan iklim.
Kesimpulan
Suhu ekstrem kini bukan sekadar isu lingkungan, melainkan ancaman serius terhadap kesehatan jantung masyarakat dunia. Peningkatan risiko kematian akibat gagal jantung pada hari-hari panas dan dingin ekstrem menjadi peringatan keras bagi semua pihak.
Bagi Indonesia, yang kini kerap menghadapi cuaca tidak menentu, kesiapan sistem kesehatan dan kesadaran publik menjadi kunci utama. Dengan gaya hidup sehat, pengawasan medis teratur, dan penyesuaian aktivitas terhadap kondisi cuaca, risiko penyakit jantung dapat ditekan.
Perubahan iklim memang tidak dapat dihentikan seketika, tetapi kesadaran dan langkah adaptif dapat menyelamatkan banyak nyawa dari bahaya suhu ekstrem yang terus meningkat.

