Politik

Update Demo Mahasiswa 9 September: Massa Padati DPR, Lalin Tersendat

Gelombang unjuk rasa kembali mengguncang ibu kota. Pada Senin, 9 September 2025, ribuan mahasiswa dari berbagai kampus memadati kawasan Gedung DPR RI di Senayan, Jakarta. Aksi ini merupakan kelanjutan dari gelombang protes terhadap sejumlah kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.

Demo berlangsung sejak siang hingga sore hari, dengan konsentrasi massa di depan pintu gerbang utama DPR, menyebabkan arus lalu lintas di sekitar kawasan tersebut tersendat parah.


Aksi Damai yang Serius: Mahasiswa Kirim Pesan Tegas

Aksi yang digelar oleh aliansi mahasiswa lintas kampus ini berlangsung damai namun penuh semangat. Massa membawa spanduk besar, pengeras suara, dan mengenakan almamater kampus masing-masing.

Mereka menyuarakan beberapa tuntutan utama, di antaranya:

  • Menolak pemangkasan subsidi pendidikan dan kesehatan
  • Mendesak transparansi anggaran pemerintah
  • Menuntut penghapusan kebijakan yang dinilai memberatkan rakyat
  • Menolak kriminalisasi aktivis dan mahasiswa

“Demo ini bukan sekadar aksi jalanan. Ini adalah bentuk cinta kami pada negeri,” ujar salah satu orator dari podium mobil komando, seperti dilaporkan tentangrakyat.id.


Kutipan Ala-Ala: Jalanan Jadi Panggung Suara Rakyat

“Kalau ruang dialog ditutup, maka jalanan akan terbuka untuk suara kebenaran.”
– H. Nurhadi, Dosen Sosiologi Politik


Lalin Tersendat, Polisi Terapkan Rekayasa Jalur

Imbas dari aksi ini adalah macet total di Jalan Gatot Subroto, Jalan Asia Afrika, dan jalan-jalan penghubung sekitar kawasan Senayan.

Pihak kepolisian memberlakukan rekayasa lalu lintas sebagai langkah antisipasi, termasuk:

  • Penutupan sebagian ruas jalan depan DPR
  • Pengalihan arus dari arah Slipi dan Semanggi
  • Penempatan barikade dan water barrier

Selain itu, ratusan aparat kepolisian juga disiagakan untuk menjaga keamanan dan mengantisipasi potensi benturan.


Mahasiswa: Pemerintah Harus Dengar, Bukan Marah

Dalam orasi-orasinya, mahasiswa mengkritik pemerintah yang dinilai semakin anti-kritik dan lebih fokus pada pencitraan dibandingkan menyelesaikan persoalan struktural.

Mereka juga menyoroti isu-isu sensitif seperti:

  • Pemotongan tunjangan pendidikan
  • Kenaikan harga BBM dan bahan pokok
  • Rencana perubahan UU yang kontroversial
  • Minimnya transparansi dalam reshuffle kabinet

“Kami turun ke jalan bukan karena benci pada negara, tapi karena kami cinta negeri ini dan ingin memperbaikinya,” teriak salah satu orator dari Universitas Negeri Jakarta.


Aksi Ini Didukung Banyak Elemen Sipil

Tak hanya mahasiswa, beberapa elemen masyarakat sipil juga ikut memberikan dukungan moral terhadap aksi ini, termasuk:

  • Aktivis HAM
  • Dosen kampus negeri dan swasta
  • Komunitas seni jalanan
  • LSM pro-demokrasi

Banyak yang menilai bahwa aksi mahasiswa hari ini mengingatkan pada era-era reformasi, di mana tekanan moral publik menjadi pemantik perubahan besar di negeri ini.


Netizen: Mahasiswa Kembali Bangun Harapan

Di media sosial, tagar seperti #AksiMahasiswa, #9SeptemberBergerak, dan #SuaraRakyat sempat trending di platform X (Twitter).

Komentar warganet pun penuh dukungan:

  • “Way to go, mahasiswa! Jangan pernah lelah jadi penjaga nurani bangsa.”
  • “Macet nggak masalah, asal suara rakyat nggak dibungkam.”
  • “Pemerintah harus mulai denger, bukan cuma nyuruh sabar.”

Aksi ini pun dianggap sebagai sinyal bahwa generasi muda masih peduli dan siap mengawal demokrasi.


Penutup: Aksi Bukan Akhir, Tapi Awal Dari Perubahan

Demo mahasiswa 9 September ini membuktikan satu hal penting: semangat kritis dan idealisme anak muda belum mati. Di tengah derasnya arus pragmatisme, masih ada kelompok yang berani turun ke jalan demi memperjuangkan keadilan sosial dan transparansi.

Pemerintah harus melihat ini bukan sebagai ancaman, tapi sebagai cermin. Karena bangsa yang besar bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga soal mendengarkan suara hati rakyatnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *