Berita

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa di Tengah Banjir Semarang: Kisah Penjaga Pompa yang Berjaga 24 Jam Ditemani Nyamuk

SEMARANG, tentangrakyat.id – Saat kota Semarang terendam, dan banyak warga harus mengungsi mencari tempat kering, ada sekelompok individu yang justru harus tetap berada di pusat masalah: di ruang kontrol pompa air. Mereka adalah para penjaga pompa air yang bekerja tanpa lelah, siaga 24 jam sehari, menjadi garis pertahanan terakhir kota dari ancaman banjir yang lebih luas. Kisah mereka adalah cermin pengorbanan dan dedikasi, seringkali luput dari sorotan media.

Salah satu kisah datang dari sebuah rumah pompa di kawasan strategis Semarang. Di sana, seorang operator, sebut saja Pak Budi (bukan nama sebenarnya), bertugas menjaga agar mesin-mesin raksasa itu tetap menderu, membuang debit air berlebih kembali ke laut atau sungai. Pekerjaan ini menuntut kesiagaan penuh, terutama saat curah hujan tinggi dan permukaan air meninggi drastis.

“Kami tidak bisa tidur nyenyak. Sedikit saja terlambat menghidupkan atau mematikan mesin, dampaknya bisa luas. Air bisa meluap ke permukiman yang sudah kami keringkan sebelumnya,” ujar Pak Budi dengan mata yang sedikit memerah karena kurang tidur.

Rutinitas Keras di Ruangan Lembap

Rutinitas kerja Pak Budi dan rekan-rekannya jauh dari kata nyaman. Ruangan kontrol pompa, yang letaknya seringkali di bawah atau dekat permukaan air, terasa lembap dan pengap. Makanan seadanya, disiapkan dalam kotak bekal yang kadang terasa dingin, menjadi penopang energi. Hiburan satu-satunya, atau mungkin teman paling setia mereka, adalah suara dengungan mesin yang memekakkan telinga dan… nyamuk.

“Nyamuk sudah seperti alarm kami. Kalau sudah banyak sekali, berarti hujan di luar sedang deras-derasnya dan kami harus lebih waspada,” tambahnya sambil menunjukkan bekas gigitan nyamuk di lengannya.

Situasi ini menjadi semakin berat secara psikologis. Mereka tahu, saat mereka berjaga di tempat yang lembap dan berisiko, keluarga mereka di rumah mungkin juga sedang berjuang melawan genangan air. Namun, dedikasi pada tugas harus diutamakan, sebab kelangsungan operasional pompa air adalah kunci bagi ribuan warga lainnya.

Edukasi Publik: Pentingnya Infrastruktur Pompa

Kisah ini seharusnya tidak hanya dilihat sebagai cerita heroik semata, tetapi juga sebagai momentum edukasi publik tentang pentingnya infrastruktur pengendalian banjir. Seringkali, saat banjir surut, perhatian publik juga ikut surut.

Pompa air adalah jantung sistem drainase di kota-kota dataran rendah seperti Semarang. Mesin-mesin ini bekerja melawan gravitasi. Ketika air laut pasang (rob) dan hujan deras terjadi bersamaan, air tidak bisa mengalir secara alami. Di sinilah pompa berfungsi memindahkan air secara paksa.

Setiap keterlambatan perawatan, kekurangan bahan bakar, atau kegagalan operasional pompa bukan hanya masalah teknis, tetapi dapat berujung pada kerugian sosial dan ekonomi yang besar bagi warga. Kehadiran para penjaga pompa air ini memastikan bahwa investasi infrastruktur yang besar itu bekerja optimal saat dibutuhkan.

Pemerintah daerah dan masyarakat perlu memberikan perhatian lebih kepada para operator ini. Mereka adalah pahlawan tanpa seragam yang bekerja di balik layar. Dukungan logistik yang lebih baik, fasilitas istirahat yang layak, dan apresiasi yang tulus adalah hal minimal yang bisa diberikan kepada mereka yang mempertaruhkan kesehatan dan waktu istirahat demi keselamatan warga kota.

Kisah Pak Budi dan rekan-rekannya mengingatkan kita bahwa di balik setiap bencana alam, selalu ada orang-orang biasa dengan semangat luar biasa yang berjuang demi kepentingan orang banyak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *