Pakar Keuangan Ingatkan Masyarakat: Jangan Timbun Uang di Rekening, Ini Alasannya
Jakarta — Di tengah ketidakpastian ekonomi menjelang akhir tahun 2025, sejumlah pakar keuangan memberikan peringatan penting kepada masyarakat: jangan menimbun terlalu banyak uang di satu rekening bank tanpa perencanaan yang matang. Pernyataan ini muncul untuk mencegah potensi kerugian dan membantu masyarakat mengelola keuangan secara lebih efektif di masa depan.
Makna “Cash Is King” dalam Kondisi Ekonomi Saat Ini
Istilah “cash is king” sering digaungkan dalam dunia finansial, terutama ketika kondisi ekonomi tidak stabil. Secara sederhana, ungkapan ini menekankan pentingnya memiliki likuiditas atau ketersediaan uang tunai yang cukup. Namun, pakar keuangan menilai bahwa konsep ini tidak selalu berlaku jika diaplikasikan secara ekstrem — yaitu menumpuk uang tunai dalam rekening tanpa tujuan investasi, perencanaan risiko, atau diversifikasi aset.
Menurut analis keuangan, banyak individu yang — karena kekhawatiran terhadap kemungkinan resesi, inflasi, atau perlambatan pertumbuhan — memilih untuk menyimpan seluruh tabungan mereka di satu atau beberapa rekening bank. Strategi ini kelihatannya aman, tetapi justru bisa memunculkan risiko terselubung yang membuat uang tersebut kehilangan daya beli.
Inflasi dan Nilai Riil Uang
Salah satu alasan utama bagi pakar keuangan untuk memperingatkan masyarakat adalah inflasi — yakni fenomena di mana harga barang dan jasa terus naik dari waktu ke waktu. Uang yang dibiarkan “diam” di rekening bank tanpa pertumbuhan yang signifikan cenderung akan tergerus nilai riilnya akibat inflasi. Ini berarti meskipun nominalnya sama, kemampuan membeli barang atau jasa dari uang tersebut justru menurun seiring waktu.
Oleh sebab itu, pakar menyarankan agar masyarakat mempertimbangkan alokasi dana yang lebih bijak, misalnya dengan menyusun portofolio investasi sesuai profil risiko. Diversifikasi ini dapat meliputi instrumen yang relatif stabil seperti deposito, obligasi, reksa dana, atau bahkan investasi di pasar modal, tergantung pada tujuan finansial masing-masing individu.
Dana Darurat yang Tepat Sasaran
Tips keuangan yang umum disarankan ialah memiliki dana darurat, yakni sejumlah uang tunai yang disisihkan untuk menanggulangi kebutuhan tak terduga seperti biaya pengobatan, perbaikan rumah mendadak, atau kehilangan pekerjaan. Namun pakar menggarisbawahi bahwa dana ini hanya perlu cukup untuk kebutuhan jangka pendek, bukan ditumpuk dalam jumlah besar yang tidak produktif.
Prinsipnya, dana darurat idealnya mencakup sekitar 3–6 kali kebutuhan hidup bulanan. Lebih dari itu, uang yang tersisa sebaiknya diarahkan ke instrumen lain yang dapat menghasilkan imbal hasil lebih baik daripada rekening tabungan biasa.
Risiko Menyimpan Semua Uang di Bank
Selain kehilangan daya beli karena inflasi, menimbun seluruh aset di rekening bank juga memiliki risiko lain:
- Terbatasnya imbal hasil: Bunga tabungan atau rekening biasa biasanya sangat rendah dibandingkan dengan potensi imbal hasil instrumen investasi lainnya.
- Kurangnya diversifikasi aset: Menempatkan seluruh uang di satu bentuk instrumen berarti tidak ada backup finansial bila terjadi perubahan ekonomi drastis.
- Potensi biaya administrasi: Beberapa rekening bank membebankan biaya bulanan atau biaya layanan lain yang dapat mengurangi saldo secara bertahap.
Oleh karena itu, pakar merekomendasikan agar masyarakat menyusun strategi keuangan menyeluruh, termasuk perencanaan arus kas, tujuan investasi jangka panjang, dan strategi proteksi terhadap risiko finansial.
Peran Perencana Keuangan Profesional
Seorang perencana keuangan atau konsultan finansial dapat membantu individu memahami profil risiko masing-masing dan memilih instrumen investasi yang tepat. Layanan ini sangat berguna terutama bagi mereka yang mulai memasuki fase perencanaan pensiun, membeli rumah, atau mempersiapkan biaya pendidikan anak.
Selain itu, ahli keuangan mendorong masyarakat untuk rutin melakukan evaluasi terhadap strategi tabungan dan investasi setiap 6–12 bulan, sesuai dengan perubahan tujuan atau kondisi ekonomi makro.
Kesimpulan: Tangani Uang dengan Lebih Cerdas
Pesan utama dari pakar keuangan ini sangat jelas: uang yang terlalu lama “terkunci” di rekening tanpa pertumbuhan nyata justru bisa merugikan pemiliknya dalam jangka panjang. Untuk itu, masyarakat perlu lebih proaktif dalam mengelola asetnya, memahami risiko, dan memanfaatkan berbagai instrumen finansial yang tersedia.
Strategi keuangan yang sehat bukan sekadar menabung sebanyak mungkin, tetapi bagaimana mengoptimalkan dana demi mencapai tujuan finansial sekaligus melindungi daya beli di tengah dinamika ekonomi yang terus berubah.

