Berita Viralglobal

Inggris, Australia, dan Kanada Resmi Akui Kedaulatan Palestina: Titik Balik Diplomasi Global

Pengantar

Keputusan bersejarah lahir pada 21 September 2025. Tiga negara Barat berpengaruh — Inggris, Australia, dan Kanada — secara resmi mengakui kedaulatan Negara Palestina. Pengumuman ini tidak hanya mengguncang peta diplomasi internasional, tetapi juga mempertegas urgensi penyelesaian konflik panjang Israel-Palestina.


Latar Belakang

Selama puluhan tahun, isu pengakuan Palestina menjadi salah satu perdebatan paling rumit dalam politik global. Lebih dari 140 negara anggota PBB telah mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Namun, mayoritas negara Barat, terutama yang memiliki kedekatan strategis dengan Israel, enggan mengambil langkah serupa.

Keputusan Inggris, Australia, dan Kanada menandai pergeseran besar. Ketiga negara menegaskan bahwa pengakuan ini bertujuan menghidupkan kembali solusi dua negara yang dianggap satu-satunya jalan realistis untuk perdamaian abadi. Mereka juga menyampaikan keprihatinan mendalam atas eskalasi kekerasan di Gaza serta pembangunan permukiman ilegal Israel di Tepi Barat.


Alasan Pengakuan

Dalam pernyataan resmi, pemerintah masing-masing negara menjelaskan motivasi mereka:

  1. Mendukung Solusi Dua Negara
    Perdana Menteri Inggris menegaskan, pengakuan Palestina adalah upaya menjaga harapan perdamaian tetap hidup. Menurutnya, tanpa kejelasan status kenegaraan Palestina, diplomasi akan terus menemui jalan buntu.
  2. Meringankan Krisis Kemanusiaan
    Australia menyoroti situasi kemanusiaan yang memburuk, khususnya di Gaza. Pengakuan ini dimaksudkan sebagai tekanan moral agar Israel menghentikan blokade dan tindakan represif terhadap warga sipil.
  3. Konsistensi dengan Prinsip Hukum Internasional
    Kanada menegaskan, keputusan ini sejalan dengan prinsip Piagam PBB, yaitu hak setiap bangsa untuk menentukan nasib sendiri.

Sambutan Palestina

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyambut hangat keputusan tersebut. Ia menyebutnya sebagai “kemenangan diplomasi dan legitimasi internasional”. Menurut Abbas, langkah ini memperkuat posisi Palestina dalam forum global serta membuka jalan bagi negosiasi yang lebih setara dengan Israel.

Masyarakat Palestina pun merespons dengan antusias. Di Ramallah dan Gaza, ribuan orang turun ke jalan merayakan pengakuan ini, membawa bendera Palestina dan meneriakkan seruan kemerdekaan.


Penolakan Israel

Sebaliknya, pemerintah Israel menunjukkan reaksi keras. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut pengakuan tersebut sebagai langkah sepihak yang justru akan menghambat perdamaian. Israel menilai, negara Palestina hanya bisa terbentuk melalui perundingan langsung, bukan lewat pengakuan sepihak.

Kementerian Luar Negeri Israel bahkan memanggil duta besar ketiga negara untuk menyampaikan nota protes. Beberapa pejabat Israel menyebut keputusan itu sebagai bentuk “penghargaan” terhadap kelompok militan yang dianggap mengancam keamanan regional.


Implikasi Diplomatik

Pengakuan Palestina oleh Inggris, Australia, dan Kanada memiliki dampak luas di ranah internasional:

  1. Tekanan Baru bagi Israel
    Selama ini Israel relatif terlindungi oleh dukungan kuat dari negara-negara Barat. Dengan pengakuan terbaru ini, isolasi diplomatik Israel berpotensi meningkat.
  2. Momentum Pengakuan Global
    Langkah tiga negara tersebut diyakini akan mendorong negara-negara Eropa lain, seperti Jerman, Prancis, dan Italia, untuk mengambil sikap serupa.
  3. Legitimasi Palestina di Lembaga Internasional
    Dengan semakin banyak pengakuan, Palestina memperoleh posisi tawar lebih besar di PBB dan forum multilateral lain. Hal ini memungkinkan Palestina memperkuat upaya hukum internasional terkait hak asasi manusia dan kedaulatan wilayah.
  4. Perdebatan Domestik di Negara Pemberi Pengakuan
    Meski menuai dukungan luas, pengakuan ini juga memicu perdebatan internal. Sebagian kelompok oposisi khawatir keputusan tersebut akan merusak hubungan strategis dengan Israel maupun Amerika Serikat.

Tantangan yang Masih Mengadang

Pengakuan formal tidak serta merta menyelesaikan konflik. Tantangan yang masih membayangi antara lain:

  • Status Wilayah
    Palestina masih belum memiliki kontrol penuh atas Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.
  • Keamanan dan Kekerasan
    Potensi eskalasi militer tetap besar jika Israel menolak menyesuaikan kebijakannya.
  • Peran Amerika Serikat
    AS, sekutu utama Israel, hingga kini belum memberikan pengakuan penuh terhadap Palestina. Sikap Washington akan sangat menentukan kelanjutan dinamika ini.
  • Kapasitas Pemerintahan Palestina
    Perpecahan internal antara Fatah dan Hamas masih menjadi hambatan dalam mewujudkan pemerintahan yang stabil dan efektif.

Relevansi Bagi Indonesia

Sebagai salah satu negara paling vokal dalam mendukung Palestina, Indonesia menyambut positif langkah ini. Pemerintah Indonesia menilai pengakuan oleh tiga negara Barat menjadi bukti bahwa suara internasional semakin berpihak pada keadilan bagi rakyat Palestina.

Indonesia juga berpotensi memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat diplomasi di PBB, ASEAN, dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).


Kesimpulan

Pengakuan Palestina oleh Inggris, Australia, dan Kanada adalah titik balik penting dalam diplomasi global. Langkah ini tidak hanya mempertegas dukungan terhadap solusi dua negara, tetapi juga menandai pergeseran sikap politik luar negeri negara-negara Barat.

Meski jalan menuju perdamaian sejati masih panjang dan penuh tantangan, keputusan ini memberi harapan baru. Palestina kini memiliki legitimasi yang lebih kuat, sementara Israel menghadapi tekanan diplomatik yang semakin besar. Dunia menanti, apakah momentum ini akan benar-benar membuka jalan menuju akhir konflik yang telah berlangsung lebih dari tujuh dekade.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *