Tim SAR Gabungan Cari Puluhan Korban Longsor di Cibeunying, Cilacap
Cilacap, Jawa Tengah – Tim pencarian dan pertolongan (SAR) gabungan, yang dipimpin oleh Kantor SAR Cilacap bersama aparat setempat, masih terus bekerja keras mencari puluhan warga yang dilaporkan hilang pasca bencana tanah longsor besar yang melanda Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap pada Kamis malam (13 November 2025).
Kronologi Kejadian
Longsor hebat terjadi sekitar pukul 20.00 WIB di dua lokasi di Desa Cibeunying: Dusun Tarukahan dan Dusun Cibuyut.
Akibatnya, setidaknya 28 warga terdampak: lima berhasil diselamatkan dalam kondisi hidup, dua ditemukan meninggal dunia, dan 21 lainnya masih dalam proses pencarian.
BPBD Kabupaten Cilacap melaporkan bahwa bencana ini juga merusak 12 rumah dan mengancam 16 rumah lainnya di kawasan tersebut.
Camat Majenang, Aji Pramono, kepada wartawan menyatakan:
“Tim SAR gabungan kembali melakukan evakuasi dan pencarian. Masih ada 21 warga yang dalam pencarian.”
Tim SAR mengungkap bahwa kondisi medan sangat menantang — banyak ruas tanah yang masih bergerak, struktur tanah yang tidak stabil, serta akses yang sulit dan terjal.
Lokasi, Kondisi Medan & Tantangan Operasi
Lokasi longsor berada di kawasan perbukitan dan karst Desa Cibeunying, yang sebelumnya sudah dicatat sebagai daerah rawan longsor. Hujan lebat selama beberapa hari sebelum kejadian disebut sebagai pemicu utama.
Proses pencarian difokuskan pada dua dusun:
- Dusun Tarukahan: terdapat tujuh warga yang hilang, termasuk seorang balita.
- Dusun Cibuyut: terdiri dari 14 orang dalam daftar pencarian, termasuk beberapa anggota keluarga dan anak-anak.
Tim SAR menyebut bahwa penggunaan alat berat sulit dilakukan karena kondisi tanah yang masih labil — sebagian operasi dilakukan secara manual demi menjaga keamanan tim dan mencegah longsor susulan.
Statistik Korban & Dampak
Berikut rekapitulasi data sementara:
- Terdampak warga: 28 orang
- Selamat: 5 orang
- Meninggal dunia: 2 orang (Julia, 20 tahun; Maya, 15 tahun) di Dusun Tarukahan
- Hilang: 21 orang masih dalam pencarian
- Rumah rusak: 12 unit rusak berat, 16 terancam
BPBD dan SAR mengimbau penduduk untuk menjauhi zona rawan. Terdapat retakan tanah aktif dan peringatan adanya pergerakan tanah susulan.
Respons Penyidikan & Penanganan Darurat
Operasi penanganan dilakukan dengan koordinasi antara:
- Kantor SAR Cilacap sebagai koordinator SAR,
- Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, serta aparat kecamatan Majenang, dan relawan setempat.
Ketua operasi SAR, Priyo Prayudha Utama, menyampaikan:
“Operasi akan dilanjutkan hingga seluruh korban ditemukan. Medannya cukup menantang.”
Evakuasi warga di zona rawan juga segera dilakukan. Warga yang tinggal di rumah terancam pun telah direlokasi sementara ke lokasi aman.
Penyebab & Peringatan Bahaya
Hujan lebat yang terjadi sejak akhir pekan sebelumnya disebut sebagai pemicu utama kejadian. Tanah yang jenuh air dan terkikis beban di lereng menyebabkan longsor dalam waktu singkat.
BPBD Kabupaten Cilacap mengimbau warga di daerah rawan untuk meningkatkan kewaspadaan, menjauhi lereng yang retak, dan tidak mendekati timbunan tanah maupun pohon tumbang.
Analisis Dampak & Langkah Ke Depan
Dampak Sosial
- Kehilangan anggota keluarga dan trauma di kalangan warga, terutama anak-anak dan lansia.
- Rumah dan aset terancam, sejumlah keluarga harus mengungsi sementara.
Rekomendasi Penanganan - Penataan ulang pemukiman di zona lereng kritis dan penguatan struktur tanah melalui pekerjaan teknik sipil (retaining wall, drainase).
- Perlu penguatan sistem peringatan dini bencana longsor di wilayah lereng dan karst.
- Peran masyarakat sangat penting: laporkan retakan tanah, air yang menggenang di lereng, atau suara gemuruh tanah di daerah sekitar.
- Koordinasi antara pemerintahan kecamatan, BPBD, SAR dan masyarakat lokal harus lebih proaktif di musim hujan.
Kesimpulan
Bencana tanah longsor di Desa Cibeunying, Majenang, Kabupaten Cilacap menunjukkan betapa cepat dan dahsyatnya dampak hujan lebat dan kondisi lereng yang tidak stabil. Dengan 21 orang masih hilang dan rumah-rumah rusak serta terancam, maka proses evakuasi dan pencarian menjadi prioritas tertinggi.
Upaya-upaya penguatan mitigasi bencana dan peningkatan kewaspadaan masyarakat di lereng harus menjadi bagian rutin dari sistem penanggulangan bencana di Indonesia—agar tragedi serupa dapat diperkecil dampaknya di masa mendatang.

